Bisa di bilang cinta itu kayak teh. Manis kalau di kasih gula, sama seperti teh pahit yg di sajikan bersama dengan orang yg kita sayang.
Manis
Tapi akhir2 ini ravi menikmati teh tersebut dengan kenikmatan yg berbeda.
Terasa hambar. Iya walaupun udh di kasih gula, tetep aja rasanya ga semanis ketika awal ravi menikmati teh tersebut dengan dia.
"aku sayang kamu, aku gamau kehilangan kamu."
Satu pelukan mendarat di tubuh ravi yg kurus. Ravi membalas sambil mengelus rambutnya.
"buat apa aku menghilang, Tujuan akhir aku udh di orang yg memeluk aku."
Betapa indahnya malam itu, menikmati dinginnya malam dengan secangkir teh hangat. Bersama dia yg memeluk.
Tapi setelah kejadian itu. Malam2 selanjutnya terasa hambar. Secangkir teh yg biasanya menghangatkan dan manis, kini terasa lebih dingin dan hambar. Apakah ini terjadi ketika sebuah perasaan merasa di khianati? Perasaan bukan lah sebuah mainan.
Ravi menyeruput tehnya hingga setengah kosong. Masih terasa hambar, lalu dia tersenyum.
"woi ngapain lu bengong di teras sendirian aja?" satu tepukan pundak oleh rivan. Sahabat baik ravi
"ngeteh aja nih" balas ravi datar
"masih kepikiran intan?"
"engga kok"
"terus?"
"lagi pengen ngeteh aja, van?" tiba2 ravi berdiri
"huh?" rivan bingung
"temenin gue yuk!"
Mereka berdua pergi, iya ga jauh dari dimana waktu ravi terakhir bertemu dengan intan. Kenangan dimana sebuah konflik cinta terjadi.
Tempat itu adalah sebuah kedai kecil di pinggir jalan. Tempatnya nyaman, banyak ornamen bunga di sekitar dindingnya membuat ravi mengingat-ingat masa lalu lagi
"jadi maksud lo ajak gue kesini apa deh?" tanya rivan bingung
"mau minum teh aja, lo mau kan temenin gue?" Yg di tanya hanya mengangguk sambil tertawa
Mereka berdua lalu duduk di sudut kedai, membalik buku menu lalu memesan 2 lychee tea dan satu cheese cake hangat.
"jadi? Belom bisa move on gitu?" rivan terkekeh
"haha iya, lo tau kan gmn sayangnya gue ke dia"
"iya tau kok gue tapi, apa lo yakin vi? Dia sendiri kok yg bilang kalau udh jenuh sama lo. Buat apa lo masih ngarepin dia? Harga diri cuy!" rivan mengangkat kedua tangannya tampak tak percaya
"iya memang. Terkadang cinta itu kayak teh"
Tidak lama Mbak2 pelayan tersebut menghampiri mereka sambil membawa, di bawanya dua lychee tea hangat dan satu buah cheese cake yg siap di santapnya lalu di letakkannya di meja ravi dan rivan berada.
"maksud lo?" rivan masih bingung
Ravi memandang temannya yg memakai kaca mata frame tebal itu.
"iya, lo tau kan teh itu kalau ga di kasih gula bakal pahit? Iya itu yg lg gue rasain sekarang van. Gue seperti teh dan dia seperti gula buat gue"
"tapi lo kan bisa cari gula lain di luar sana. Think that she's not the one for you bro"
"until you go through with it?" ravi mengangkat sebelas alisnya
Suasananya menjadi hening, ravi hanya memotek-motek cheese cakenya dan rivan mengeluarkan hpnya dan memencet sebuah nomor
"nih lay gue telfon doi biar kesini! Itu kan yg lo mau? Balikan sama dia?" rivan menunjukkan hpnya ke ravi
"eh tunggu van!!" ravi berusaha merebut hpnya rivan
"kalau gitu udahan galaunya, gue males liatnya"
"iya deh iya" ravi mendengus
"btw gue tadi ajak si rika sama jane buat gabung sama kita. Gmn?" rivan memberi isyarat agar ravi menyetujuinya
"yaudah ajak."
Malam itu malam yg panjang bagi ravi. Kenangan masa lalunya masih terngiang - ngiang di benaknya, dimana dua insan itu di pisahkan karna adanya sebuah konflik ketidak pastian.
"hey!" seseorang dengan temannya menghampiri meja ravi dan rivan
"eh hey jane!" rivan mengangkat tangannya
"sini sini duduk, oh rika dateng juga toh hehehe"
"iya nih hehe" kata orang dibelakang jane
Ravi menoleh ke jane. Jane memakai cardigan warna hitam dengan kaos putih bercorak didalamnya, memakai celana pendek dengan tas simple di tangannya. Sedangkan rika memakai kaos coconut island dengan blue jeans dan handbag di tangannya, dia seperti memakai kalung dream catcher di lehernya.
"udah lama lo berdua disini?" kata jane membuka topik pembicaraan
Mereka berdua mengangguk, rivan hanya tersenyum ke jane. Ravi tau bahwa sahabatnya itu menyukai jane. Lalu siku ravi menyenggol tangan rivan tanda menggoda temannya itu. Buru2 rivan membalas, mereka berdua terkekeh.
"knp lo berdua ketawa?" jane bingung
"mirip homo gitu..."
"haha ngeliat gue kali jane" rika geer
Sorakan antara ravi dan rivan kepada rika di susul gelak tawa mereka berempat. Jane dan rika memesan cheese cake dan pudding hazelnut tanpa minuman, entah kenapa mereka hanya memesan makanan saja tanpa minuman.
Ketika melihat bahwa jane memesan cheese cake, ravi melongok bahwa dia mengingat kalau intan dulu juga pernah memesan menu yg sama seperti jane. Iya intan dan ravi sering memesan cheese cake. Tapi mungkin menurut ravi itu hanyalah kebetulan aja.
"jadi lo itu ngajak kita kesini buat apa van?" rika membuka topik pembicaraan
"gapapa mau chillin bareng kalian aja, sekalian nemenin manusia galau" menunjuk ravi
"apasih lo" yg ditunjuk menonjok pundak rivan keras
"haha apasih masalahnya? Sampe galau gitu"
"tau haha emang galau knp lo vi?" jane ikut bertanya
Yg di tanya hanya tersenyum lalu menyeruput tehnya untuk kesekian kalinya.
"tehnya pahit nih" ravi sambil tersenyum
"hah emang iya apa?" rivan lalu mencoba tehnya
"engga ah vi" rivan menambahkan
Jane dan rika masih penasaran kenapa ravi berbicara seperti itu. Ravi hanya tersenyum
"iya, perasaan gue saat ini sama Kayak teh pahit.. Hambar, gue butuh gula tapi gula itu udh habis masanya. Dan teh itu sekarang hanya tinggal ampasnya aja.. Gue berpikir apakah gue harus minum sampe ampasnya atau meninggalkan ampasnya"
"lu harus ninggalin ampasnya" jane buru2 ngmng
"mantan itu sama kayak ampas teh, sisa sisa kenangan doang yg ada disitu. Menghabiskannya sama aja kayak inget2 kenangan itu atau sama aja kayak lo mau balikan dengan mantan tersebut. Emang lo mau ngerasain ampas itu lagi? Hebat hebat"
Ravi hanya menunduk tatapannya masih kosong, entah sedang memikirkan apa. Tak ada yg bisa menebaknya.
"kalau menurut versi gue ya.." rika menambahkan
"teh itu emang akan manis kalau di kasih gula tapi apa emang sama gula pasir doang bakal manis? Gula cair pun rasa manisnya ga jauh beda. Lo mungkin kehilangan gula pasir itu tapi apakah lo gamau mencari yg lebih baik dari gula pasir itu?"
Ravi melihat rika, tapi tetap dengan tatapan ga ada arti. Rivan melihat sahabatnya itu lalu menepuk pundaknya.
"kalau dia emang sayang sama lo, dia bakal terus manisin teh lo. Dia akan selalu buat hati lo semanis teh yg lo rasain tiap saat. Buktinya aja dia ninggalin teh yg udh lo bikin itu dan menjadi hambar kan? Udh lah vi masih aja di pikirin"
Tiba2 bunyi kecring pintu kedai itu berbunyi. Masuklah dua pasangan muda ke kedai tersebut. Yg cowok memakai pakaian necis, rambutnya berjambul sambil memegang hp dan ipad. Yg cewek memakai kaos lengan pendek dan celana pendek jeans dengan tasnya.
Ravi seperti mengenal perempuan tersebut lalu dia tersadar bahwa itu adalah intan, dan dia berdiri.
"gue udh lupa sama dia. Yuk kita cari tempat tongkrongan baru!"